“Kalau boleh jujur, Karantina Tasmi' 5 juz Anamfal ini adalah yang pertama kali bagiku. Aku kaget banget, karena sebelumnya gak pernah kayak begini. Dulu, 'kan per 1 juz ditasmi' nya. Sekarang 5juz sekali duduk! Wah, udah disitu aku overthinking, dan mikir kayak, "Gimana ya? Aku bisa gak ya?" dan lain sebagainya. Apalagi perencanaan waktu ngafalnya gimana?
Waktu itu aku habis sakit. Kalau istirahat terus, gimana sempetin waktu untuk ngafal? Masa' iya harus nunggu sembuh total dulu. Emang bakal kekejar? Tapi aku inget kata Umi bahwa kunci hidup itu hanya "Sabar, Ikhlas, dan Jalani." Jadi yaudah, aku jalani. Walaupun disitu kondisiku blm sembuh total, tapi ustadzah Syifa bilang, "Al-Qur'an itu obat", dan ya akhirnya aku ikuti apa kata Umi dan Ustadzah.
Tapi jujur... Ini sulit banget dan berat banget untuk aku. Walaupun dibilang "Jangan jadikan beban", tapi gimana??? Aku nangis, pengen nyerah, capek. Sampai jatuh sakit yang 2x nya. Ternyata memang proses menghafal sesulit itu. Di saat rekan ku udh juz 4, aku masih ngestuck di Juz 2 yang membuatku berfikir, "Kayaknya aku gak bisa sampe 5 Juz deh. Soalnya liat saja, sampai saat ini aku masih juz 2.",
Tapi ternyata yang Allah lihat itu bukan hasil, melainkan proses bagaimana cara kita menghafal sampai capek dan sampai sakit-sakitan seperti itu. Memang pada dasarnya tugas manusia hanya menjalani atau ikhtiar. Soal hasil? Allah yg menentukan. Ya, walau sudah ada firasat dan pikiran yang kuat mengenai hal itu. Tetap saja pikiran negatif ada aja yg muncul. Bagaimana jika pencapaian ku gak sesuai target? Ya, aku sih gak takut di cap jelek sama orang. Aku gak peduli. Toh, emang mereka tau proses menghafal kita? Enggak breee.
Tapi... Orang Tua. Aku mau banggain Orang Tuaku. Kalau aku gak bisa banggain orangtuaku, gimana? Apalagi orangtuaku sudah mewanti-wanti “Jika Safa tidak ada hasil disini, Safa akan dikembalikan”, apakah itu berarti jika aku gagal, aku akan berhenti mondok? Ataukah Orang Tuaku yang sedang mengasuh ku sekarang tidak mau mengasuh ku lagi jika aku gagal? Itu yang aku pikirkan sampai saat ini.
Juga... Umi dan Abi. Aku mau membanggakan mereka dengan berhasilnya aku tasmi' 5 juz, karena mereka sudah banyak membantuku. Aku tidak mau mengecewakan mereka dengan kegagalan ku nanti. Sulit sebenarnya menjelaskan semua ini lewat ketikan, atau pun tulisan. Namun aku kembali teringat pada nasihat “Yang Allah lihat adalah usahanya, prosesnya. Tugas manusia hanyalah ikhtiar, Hasil biarlah Allah yg menentukan”. Jadi ya gimanapun hasilnya nanti, itu mungkin udah yang terbaik dari Allah SWT. Yang penting aku udah berusaha semampuku. Tidak peduli jika nanti aku di cap jelek, ditertawakan, dihina, dll. Karena belum tentu orang diluar sana bisa menghafal Al-Qur'an seperti aku. Jdi aku harus bersyukur gimanapun hasilnya nanti. Lagi pula ini Tasmi' Al-Qur’an, bukan lomba. Gagal di dunia, belum tentu gagal di akhirat breee.
Safa minta maaf kepada semua yang telah mendukung Safa dan teman yang mengikuti Program Karantina Tahfiz Anamfal juga. Maaf kalau misalnya nanti hasilnya tidak sesuai apa yang kalian semua harapkan. Kami telah berusaha sebisanya.”
Safa Aulia Januaristy,
binti alm. Rizal Asia
Santri asal Jakarta Selatan, SMP Qur’an Anamfal Kls VII