Surabaya — Indonesia akan tumbuh menjadi negara maju di masa depan. Harapan itu bukan tanpa alasan, melainkan karena Indonesia memiliki jumlah pemuda atau sering disebut generasi milenial yang cukup banyak. Generasi tersebut, kata KH. Abdul Ghaffar Rozin, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP RMI NU), adalah generasi yang hidup di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi-komunikasi.
“Mereka (generasi milenial), berdasarkan survei menunjukkan perilaku menghabiskan 8 jam di depan komputer, 3 jamnya untuk bermedsoso (media sosial),” ungkapnya menggambarkan generasi milenial di hadapan peserta Forum Diskusi Kebangsaan Santri Milenial di Pesantren Sabilur Rosyad, Sidoarjo, (03/04/2019).
Lebih lanjut, Gus Rozin, demikian biasa disapa, menyampaikan generasi milenial di Indonesia, 90%nya memandang bahwa masalah keagamaan sangat penting, sehingga penyediaan konten keagamaan di internet harus menjadi perhatian serius.
KH. ABDUL GHAFFAR ROZIN, KETUA RMI PBNU |
“Mereka belajar agama melalui internet. Yang kita dikhawatirkan adalah mereka belajar pada situs-situs yang tidak mengajarkan islam yang rahmatan lil alamin,” tambahnya
Oleh karenanya, RMI, Asosiasi Pesantren Islam Indonesia, bekerjasama dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi berupaya untuk berperan aktif dalam penyediaan konten keagamaan yang baik, melalui penyelenggaraan pelatihan media sosial bagi para santri milenia. Dimana diharapkan pelatihan itu akan melahirkan santri-santri milenial yang mampu menangkal hoax dan mampu menebar rahmat di internet.
Di Siduarjo, kegiatan diskusi dan pelatihan tersebut akan digelar selama dua hari (4-5 April 2019), diikuti oleh 150 santri dari berbagai pesantren di Jawa Timur dan dihadiri narasumber kompeten di bidangnya.
Source : RMI NU